Wednesday, 28 December 2011

Perencanaan, Pengelolaan dan Kerangka Kerja Sistem Informasi

. Perencanaan Sistem Informasi
Perencanaan informasi adalah bagaimana merencanakan penerapan pengetahuan tentang sistem informasi pada organisasi.
Suau organisasi dengan perencanaan yang matang menghasilkan sistem informasi yang handal dan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Suatu organisasi yang maju dan modern, tentunya selalu merencanakan sistemnya secara modern dan dengan teknologi yang modern juga.
Untuk mencapai suatu sistem yang baik tentunya harus melewati tahapan berikut :
Tahap 1 : Ide (Idea)
Ide adalah hal terpenting dalam berorganisasi, dengan banyaknya ide-ide yang membangun maka organisasi akan semakin dapat maju dan bersaing. Bayangkan bila tidak ada ide sama sekali maka suatu organisasi tidak akan bisa bertahan hidup dari persaingan usaha yang semakin banyak dan beragam.
Tetapi bila ide yang dicetuskan tidak bersifat membangun dan menopang kehidupan usaha organisasi, maka pasti perusahaan tidak bisa bertahan lama. Apalagi pesaing-pesaing mempunyai ide dan inovasi terhadap produknya, maka pengguna produk akan banyak beralih ke produk-produk lain tersebut.
Tahap 2 : Perencanaan ( Planning)
Perencanaan sistem informasi yang baik akan menghasilkan suatu pondasi yang kokoh untuk seterusnya dirancang sistem informasi yang handal dan sesuai dengan yang diharapkan.
Perencanaan sistem berusaha untuk menerapkan suatu teknik atau cara dalam membangun sistem yang tentunya sesuai dengan harapan semua pihak yang berkepentingan.
Tahap 3 : Perancangan (design)
Merancang / mendesign pemecahan masalah dengan ditopang oleh ide-ide yang bersifat membangun.
Merancang suatu sistem infromasi memerlukan kemampuan dan pengalaman perancangan yang tinggi karena merancang berarti membuat pondasi dan kerangka sistem informasi yang mestinya harus kokoh dan kuat. Kekokohan rancangan yang dibangun juga harus benar-benar teruji. Pengujian rancangan dilakukan untuk menghindari terjadinya kegagalan sistem atau kerusakan sistem yang berakibat pada terganggunya proses pengolahan data menjadi produk informasi yang baik.
Tahap 4 : Aplikasi Sistem
Perancangan yang sudah selesai tentunya harus diaplikasi ke sistem nyata dari organisasi, dalam arti dijalankan untuk mendukung kegiatan usaha organisasi.
Tahap 5 : Pengawasan / Pengontrolan
Sistem yang sudah diaplikasikan perlu dikontrol secara terus menerus untuk mengetahui apakah sistem informasi sudah berjalan secara baik atau perlu adanya penambahan atahu pengurungan.
Kontrol sistem mutlak diperlukan bagi setiap organisasi yang menjalankan usahanya.
Contoh :
Pengelolaan institusi pendidikan negeri maupun swasta tentu ada komponen pengawas, bila di istitusi negeri yang menjadi pengawas adalah BPK (Badan Pengawas Keuangan) dan BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan)
Pengelolaan perusahaan bus umum tentu ada bagian pengontrol penumpang dan pengontrol crew bus.
Tanpa adanya kontrol yang baik suatu organisasi akan berjalan timpang dan semau gue. Akibat tidak adanya kontrol terhadap organisasi, maka pengambil keputusan tidak akan bisa bahkan sulit menetukan kebijakan yang akan diambil untuk perbaikan atau kelangsungan usaha organisasi yang dikelola.
Tahap 6 : Penilaian / Evaluasi
Penilaian / evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak dalam usaha yang dijalankan organisasi.
Penilaian / evaluasi biasanya dilakukan oleh pengambil keputusan di akir periode kegiatan. Bila ternyata ada kendala maka perlu adanya perbaikan yang sesegera mungkin supaya tidak menyebabkan kerugian terhadap kelangsungan usaha organisasi.
Tahap 7 : Maintenance / Tindak lanjut
Maintenance adalah perbaikan yang dilakukan secara rutin terhadap usaha yang dijalankan organisasi. Maintenance dilakukan atas dasar evaluasi yang telah ditetapkan pemecahannya dan usaha perlu diperbaiki untuk meningkatkan kinerja dan juga untuk memperbaiki kondisi usaha bila dalam perjalanan usahanya mengalami kerugian.
Semua organisasi memerlukan maintenance di segala bidang karena maintenance untuk menstabilkan jalannya usaha.
Bayangkan suatu organisasi tanpa maintenance maka umur usahanya tentun tidak bisa diperkirakan bahkan akan terjadi kerusakan sebelum masanya.
Contoh :
Mobil, bila mobil dipakai terus tanpa ada maintenance niscaya lebih cepat rusak dan mestinya bisa dipakai selama 5 tahun, karena tidak dimaintenance belum sampai 5 tahun sudah masuk garasi atau bahkan diloakkan.
Komputer, komputer juga perlu dimaintenance. Kebanyakan suatu lembaga pendidikan meremehkan maintenance bulanan, padahal maintenance perangkat komputer sangat diperlukan sekali, sayang anggaran maintenance jarang sekali diberikan, bahkan terkadang biaya maintenance diabaikan, akibatnya semestinya dalam suatu laboratorium 40 unit perangkat komputer yang beroperasi, karena terjadi kerusakan dan tidak pernah ada maintenance bisa-bisa tinggal 2 atau 3 unit saja yang beroperasi.Hal ini menandakan kalau manajemen laboratorium sangat parah dan perlu diamputasi.
3.3.2. Pengelolaan Sistem Informasi
Pengelolaan sistem informasi merupakan bagian yang sangat penting dalam organisasi. Pengelolaan sistem merupakan faktor kunci bagi suksesnya usaha organisasi.
Dalam berorganisasi perlu adanya pengelola sistem informasi. Pengelola sistem informasi terdiri dari manajer dan staf bawahannya.
Pengelolaan sistem informasi diperlukan untuk menghasilkan produk informasi yang berdaya guna.
Perkembangan industri yang sangat pesat mengakibatkan adanya penataan sistem yang lebih baik lagi seperti sistem tenaga kerja, sistem pembiayaan, sistem pemasaran dan sistem pembelian.
Dengan tertatanya sistem ke arah yang lebih baik lagi tentunya mempunyai nilai positif bagi pekembangan organisasi. Pengguna informasi akan semakin percaya dan yakin terhadap produk yang dihasilkan. Dan tentunya tidak akan pindah ke lain organisasi.
Manajer yang baik dan handal tentunya mempunyai tanggung jawab yang berat dalam mengelola organisasinya.
Organisasi yang besar dan hebat pasti memiliki manajer-manajer yang handal dan hebat pula dengan ide dan inovasi yang selalu mengikuti perubahan lingkungan usaha. Betapa pentingnya manajer bagi perkembangan usaha organisasi mengakibatkan ada satu atau beberapa manajer yang dihargai sangat mahal karena keahliannya yang tinggi.
Manajer suatu perusahaan besar membawahi bawahan yang sanga banyak pula. Tanggung jawabnya terhadap kinerja bawahan juga harus benar-benar teruji dan juga tanggung jawabya terhadap produk informasi yang dihasilkan.
3.3.3. Kerangka Kerja Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2007), Sistem Informasi bisnis dapat dijelaskan berdasarkan kerangka kerja sebagai berikut :
1. Konsep Dasar
Konsep dasar dari sistem informasi, terutama yang berkaitan dengan konsep bisnis dan manajerial serta konsep teknis dan perilaku sistem informasi. Modul ini akan membahas konsep fundamental ini.
2. Teknologi Informasi
Perangkat keras, lunak, jaringan, manajemen data, serta internet merupakan bahasan utama dari kerangka ini.
3. Aplikasi Bisnis
Penggunaan sistem informasi untuk kepentingan operasional, pengambilan keputusan manajemen, serta menciptakan keunggulan kompetitif dari sebuah bisnis. Modul 2: Sistem Informasi Bisnis dan Pengembangannya akan membahas kerangka ini lebih mendetil.
4. Proses Pengembangan
Bagaimana merencanakan, menganalisis, mengembangkan, serta mengimplementasikan sistem informasi di dalam organisasi sehingga tujuan organisasi tercapai.
5. Tantangan Manajemen
Pengelolaan terhadap tantangan yang muncul atas penggunaan sistem informasi, termasuk tantangan etika dan keamanan.
Tantangan Manajemen
Sistem Informasi
Teknologi Informasi
Aplikasi Bisnis
Proses Pengembangan
Konsep Dasar
Gambar 3.4. Kerangka Kerja Sistem Informasi
3.4. Penilaian dan Pengendalian Sistem Informasi
3.4.1. Penilaian Sistem Informasi
Penilaian sistem informasi dipakai manajer dalam membuat keputusan.
Penilaian menduduki posisi yang sangat strategis dalam kaitannya dengan komponen lain seperti komponen masukan, proses, produk informasi yang dihasilkan.
Pengelolaan sistem informasi dianggap efisien dan berdaya guna bila serangkain komponen berjalan sesuai dengan perencanaan yang matang dan proses produksi tidak melenceng jauh dari perencanaannya dan juga hasil yang dicapai juga sesuai dengan yang direncanakan.
Biasanya perencanaan akan terjadi perubahan pada prakteknya karena adanya faktor yang tak terduga, seperti bencana alam, kenaikan biaya produksi, kenaikan bahan bakar minyak (bbm) dan banyak lagi peristiwa yang tak terduga lainnya.
Dari sinilah penilain sistem informasi diperlukan karena perencanaan yang sangat matang dan diawal dinilai dengan kondisi bagus tetapi ternyata ada perubahan yang tidak dikehendaki, hal ini tentu menjadi pekerjaan yang srius bagi menajer untuk bisa memperbaikinya supaya usaha organisasi tetap berjalan dengan mulus.
Strategi penilaian dalam sistem informasi :
1. Input
Penilaian terhadap perencanaan informasi yang biasanya perencanaan informasi disusun berdsarkan skala prioritas.
1. Proses
Penilaian terhadap pelaksanaan perubahan dari input berupa pengumpulan data, pengolahan data, penilaian dan penyebarluasan data.
Penilaian terhadap proses juga penting sekali untuk mengendalikan prioritas yang segera diproses dan biaya prosesnya.
Bila prioritas proses dan biaya proses tidak diperhatikan penilaiannya maka bisa berakibat organisasi merugi dan banyak pekerjaan yang sia-sia.
1. Produk
Penilaian terhadap produk yang dihasilkan juga sangat penting sekali karena produk merupakan hasil akhir dari serangkaian sistem informasi organisasi. Bila produk yang dihasilkan tidak sesuai alias cacat maka berimbas pada pemasaran yang terganggu, bagian pemasaran akan sia-sia dalam menawarkan produk yang dihasilkan oleh organisasi.
Produk yang cacat tidak mungkin laku di pasaran. Tetapi apabila penilaian terhadap produk sebelum dilemapra ke pasaran maka cacat produksi akan diminimalisasi, biasanya di bagian akhir sebelum packing produk diadakan pengecekan dan validasi produk. Dalam istilah industri bagian pengecekan adalah QC ( Quality Control). Bagian inilah yang berperan sangat besar untuk menjaga produk tetap terjamin kualitasnya dan produk yang keluar untuk dipasarkan sudah benar-benar diseleksi secara ketat.
Tetapi sangat disayangkan reward yang diberikan kepada bagian QC sangat minim sekali, biasanya honor yang diterima bagian QC sama saja dengan bagian produksi. Padahal QC dituntut harus benar-benar menguasai ciri-ciri produk yang bagus dan berkualitas.
Dari sinilah banyak organisasi yang pada akhirnya tutup usahanya karena tidak mampu bersaing. Sebenarnya kadang-kadang masalahnya bukan karena produk tersebut tidak up to date tetapi terkadang QC yang memeriksa produk sembrono dan tidak merasa punya tanggung jawab terhadap barang yang diperiksa. Mengapa bisa terjadi ? karena dengan honor yang kecil tidak akan merubah perilaku QC dalam memeriksa produk.
Sia-sia saja perusahaan yang sudah menyandang sertifikasi yang diakui baik nasional maupun internasional kalau tenaga Qcnya tidak begitu diperhatikan kesejahteraannya.
Dari sinilah bisa digambarkan betapa sangat pentingnya penilaian terhadap produk yang akan dijual ke pasaran.
Berdasarkan hasil penilaian dapat dibuat suatu keputusan tentang sistem informasi berupa :
1. Kebutuhan pasar yang nyata.
Didasarkan atas observasi, survey dan penelitian di lapangan.
1. Planning yang berkualitas.
Didasarkan atas kebutuhan pasa yang nyata
1. Proses kegiatan sistem informasi yang tepat.
Didasarkan atas planning yang berkualitas
1. Kualitas produk yang baik.
Didasarkan atas proses kegiatan sistem informasi yang berkualitas.
3.4.2. Pengendalian Sistem Informasi
Pengendalian sistem informasi merupakan proses pengamatan setiap tahap dalam pengelolaan informasi.
Pengelola sistem informasi juga berperan sebagai penegendali kelancaran serangkaian proses sistem informasi dalam menghasilkan suatu produk informasi yang menjadi andalan dari organisasi yang dikelola.
Pengendalian sistem informasi menjadi hal yang tidak terpisahkan terhadap pengelolaan sistem informasi
Pengelola sistem informasi harus mempunyai jiwa pengelola yang handal dan trampil dalam mengendalikan sistem informasi.
Kemampuan yang mutlak mesti dimiliki pengelola sistem informasi yaitu kemampuan :
1. Mengendalikan rencana sistem informasi.
Kemampuan dalam mengendalikan rencana sistem yang disusun menurut skala prioritas kebutuhan organisasi
1. Mengendalikan pelaksana sistem informasi.
Kemampuan dalam mengendalikan pelaksana sebagai motor penggerak sistem informasi. Pelaksana harus terkendali secara baik karena kalau pelaksana sistem mampu dikendalikan maka sistem informasi akan berjalan secara benar.
Bila sistem informasi tidak berjalan secara benar maka akan memudahkan terjadinya permasalahan baru dan juga permasalahan yang mungkin bisa merugikan organisasi.
1. Mengendalikan proses sistem informasi.
Kemampuan dalam melaksanakan proses sistem informasi yang akan terus berjalan karena terus-menerus dikendalikan oleh pengelola. Pengendalian proses bertujuan untuk menjaga kualitas produk yang diproses. Produk yang baik pasti dibawah pengendalian sistem yang ketat dan teliti.
Produk yang tidak baik biasanya tidak dalam kendali sistem yang ketat.
1. Konsolidasi dan koordinasi.
Dalam mengendalikan sistem informasi maka perlu adanya pembinaan dan pembelajaran terhadap pelaku sistem informasi.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah :
1. Bimbingan teknis
Bimbingan teknis diberikan kepada pelaksana teknis dalam meningkatkan kemampuan dalam menjalankan sistem informasi.
1. Kerjasama
Kerjasama digalakkan dalam berbagai pelaksanaan sistem informasi, baik dari dalam maupun dari luar ogranisasi
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mengkaji masalah-masalah yang muncul dalam pelaksanan sistem informasi
1. Pelatihan
Pelatihan dan pendidikan diperlukan untuk tenaga pelaksana untuk mengasah kemampuan dalam melaksanakan sistem informasi, supaya setiap ada perubahan tenaga pelaksana akan dengan segera melakukan perbaikan-perbaikan karena pelaksana sistem sudah terlatih dalam menghadapai berbagai permasalahan yang ada.

Sumber : http://akhifais.wordpress.com/2010/04/21/materi-kelima-perencanaan-pengelolaan-dan-kerangka-kerja-sistem-informasi/

Thursday, 1 December 2011

TUGAS SISTEM OPERASI “ Penjadwalan Proses “

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Permasalahan

BAB II PENJADWALAN PROSES
1. Konseo dasar penjadwalan CPU
2. Kriteria penjadwalan
3. Algoritma penjadwalan
4 . Two Queues Scheduling.......................................................
5 Multilevel Feedback Queues Scheduling..................................
6. Multiple – Processor Scheduling.............................................
7. Real Time Sceduling............................................................
8. Penjadwalan Theread...........................................................
9. Evaluasi algoritma.................................................................
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA












KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat dan karunianya baik berupa kesehatan maupun kesempatan sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan sebagai mana mestinya.
Adapaun tema yang kami sajikan yaitu”PENJADWALAN PROSES” merupakan tugas yang di berikan oleh dosen pembimbing mata kuliah guna memenuhi slah satu persyaratan akademik,dalam standarisasi penilayan ,meskipun makalah ini telah tersusun secara mendetail maupun ilmiawi,namun kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang ada di dalamnya,oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihat yang sifatnya konstruktif(membangun), terutama dari teman-teman mahasiswa maupun dosen pembimbing,sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini,harapan penulis muda-mudahan makalah ini dpat memenuhi fungsinya.



Tidore 30-03-2011













BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada bab ini akan diuraikan secara umum tentang konsep penjadwalan proses seperti konsep dasar penjadwalan, kriteria penjadwalan, dan algoritma penjadwalan.
Penjadwalan proses yaitu kumpulan kebijaksanaan dari mekanisme sistem operasi yang berkaitan dengan urutan kerja yang di lakukan oleh sistem komputer.
Adapun tugas penjadwalan yaitu untuk memutuskan:
1. Proses yang harus berjalan
2. Kajian dan selama berapa lama proses itu bekerjan

B. TUJUAN PERMASALAHAN
Setelah mempelajari materi dalam bab ini, pembaca diharapkan mampu
1. Memahami tentang konsep dasar penjadwalan CPU
2. Memahami kriteria yang diperlukan untuk penjadwalan CPU
3. Memahami beberapa algoritma penjadwlan CPU yang terdiri atas algoritma First Shortest JOB first. Priority dan Round Robin















BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENJADWALAN PROSES
Pada sistem komputer terdapat beberapa bentuk penjadwalan : admission (pintu masuk kesistem ), memori, dan CPU scheduler.

 CPU Scheduler
Pada saat CPU menganggur, maka sistem operasi yang harus menyeleksi proses-proses yang ada di memori utama(rady queue),untuk di eksekusi dan mengalokasikan CPU untuk salah satu dari proses tersebut,Seleksi semacam ini di sebut dengan short term scheduler(CPU scheduler).
1. Apabila proses berpindah dari keadaan ruuning ke waiting
2. Apabila proses berpindah dari keadaan ruuning ke ready
3. Apabila proses berpindah dari keadaan waiting ke ready
4. Apabila proses berhenti

 Dispatcher
Dispatcher adalah suatu modul yang akan memberikan kontrol pada CPU terhadap penyelesaian proses yang di lakukan selama short-term scheduling.

B. KRITERIA PENJADWALAN
Algoritma penjadwalan CPU yang berbeda akan memiliki perbedaan properti,sehingg untuk memiliki algoritma ini harus di pertimbangkan duluh properti-properti algoritma tersebut.
1. CPU utilization: Diharapkan agar CPU selalu dalam keadaan sibuk
2. Throughput: Throughput adalah banyaknya proses yang selesai di kerjakan dalam satu satuan waktu
3. Turnaround time: Banyaknya waktu yang di perlukan untuk mengeskusi proses,dari mulai menunggu untuk memerintah tempat di memori utama,menunggu di ready queue,eksekusi oleh CPU,dan mengerjakan I/O samapi semua proses-proses tersebut diselesaikan.
4. Waiting time: Waktu yang di perlukan oleh suatu proses untuk menunggu di ready queue
5. Response time: Waktu yang di butuhkan oleh suatu proses dari minta di layani hingga ada respont pertama yang menanggapi permintaan tersebut

C. ALGORITMA PENJADWALAN

Penjadwalan CPU menyangkut penentuan proses-proses yang ada dalam ready queue yang kan di alokasikan pada CPU,terdapat beberapa algoritma penjadwalan CPU seperti di jelaskan pada subbab di bawah ini.

 First Come First Server (FCFS)
Pertama datang,pertama di layani,(First In,First Out atau FIFO) tidak peduli apakah burst time-nya panajang atau pendek,semua proses yang edang di kerjakan di selesaikan terlebih duluh barulah proses berikut nya di layani.
Penjadwalan FCFS merupakan penjadwalan:
- Penjadwalan non-preemptive(run-to-completion)
- Penjadwalan tidak berprioritas
 Shortest Job First Scheduler(SJF)
Pada penjadwalan SJF,proses yang memiliki CPU burst paling kecil di layani terlebih dahulu,terdapat dua skema:
1. Non preemtive,bila CPU diberikan pada proses,maka tidak bisa di tundah sampai CPU burst selesi
2. Preemptive,jika proses baru datang dengan panjang CPU burst lebih pendek dari sisah waktu proses yang saat itu sedang dieksekusi,proses ini di tundah dan di ganti dengan proses baru
 Priority Scheduling
Algoritma SJF adalah suatu kasus khusus dari penjadwalan berprioritas,tiap-tiap proses di lengkapi dengan nomor prioritas(integer),CPU di alokasikan untuk proses yang memiliki prioritas paling tinggi(nilai integer terkecil biasanya merupakan prioritas terbesar). Jika beberapa proses memiliki prioritas yang sama,maka akan di gunakan algoritma FCFS. Penjadwalan berprioritas terdiri atas du skema yaitu Non-preemtive dan preemtive.
 Round-Robin Scheduling
Konsep dasar dari algoritma ini adalah dengan menggunakan time sharing,pada dasar alagoritma ini sama dengan FCFS, hanya saja bersifat preemptive,setiap proses mendapatkan waktu cpu yang di sebut dengan waktu quantum(quantum time) untuk membatasi waktu proses,biasanya 1-100 milidetik,setelah waktu habis,proses di tundah dan di tambahkan pada ready queue.
Jika suatu proses memiliki CPU burst lebih kecil dibandingkan dengan waktu quantum,maka proses tersebut akan melepaskan CPU jika telah selesai bekerja, sehingga CPU dapat selesai di gunakan oleh proses selanjutnya.

 RR- FCFS
Round Robin First Come First Server,merupakan metoda penjadwalan yang lebih dulu sampai di ready queue akan di layani lebih dahulu dan quantum untuk proses di habiskan lebih dahulu,maka proses tersebut harus keluar dan masuk kembali ke antrian ready queue kalau masih ada sisah(List Masuk Belakang).
 RR- SJF (Non- Preemptive)
Round Robin First Shortest Job First(Non- Preemptive) merupakan penjadwalan dengan pemberian jatah waktu sebesar Q kepada setiap proses,tetapi pada saat AT sama,yang di pilih berikutnya adalah yang BT-nya terkecil.
 RR- SJF (Preemptive)
RR-SJF(preemptive) yaitu pemberian jatah waktu sebesar Q kepada setip proses.


D. TWO QUEUES SCHEDULING
Tujuan dari sistem time sharing adalah menjaga agar proses user mendapat tanggapan yang baik dari cpu, contoh yang sangat sederhana adalah user yang sedang mengetik dn mengedit teks berharap mendapatkan respons yg sangat tepat ketika tombol di ketikkan,sehingga apa yang di ketikan akan monitor.
Salah satu cara yang baik untuk mendapatkan tanggapan yang baik dari CPU adalah tidak mengijinkan job panjang menghambat job pendek,yaitu dengan cara mempunyai dua antrian.


E. MULTILEVEL FEEDBACK QUEUE SCHEDULING
Penjadwalan dengan menggunakan algoritma multilevel feedback queue sama dengan algoritma pada penjadwalan multilevel queue,pada penjadwalan feedback queue suatu proses yang dapat berpindah antar berbagi queue;again dapat di terapkan dengan cara ini,Multilevel-Feedback-Queue- Scheduler di gambarkan oleh parameter berikut:
Jumlah queue
Scheduling algoritma unuk tiap queue
Metoda yang di gunakan untuk memutuskan ketika upgrade suatu psoses
Metode yang di gunakan untuk memutuskan ketika menurunkan suatu proses
Metode yang di tentukan untuk mementukan queue nama yang akan di proses membutuhkan server

F. MULTIPLE- PROCESSOR SCHEDULING
Pada pembahasaan penjadwalan,telah di bahas permasalahan penjadwalaan CPU di singgle prosessor,penjadwalaan dimultiple menjadi lebih kompleks,banyak kemungkinan telah dicoba dan telah diketahui bahwa penjadwalan satu prosessor,tidak ada solusi yg terbaik
Beberapa sistem membawa struktur satu langkah kedepan, dengan membawa semua keputusan penjadwalan, I/O processing, dan aktifitas sitem yang lain ditangani oleh satu proses yang bertugas sebagai master prosesor.pada intinya penjadwalan pada multiprosesor adalah:
CPU scheduling lebih rumit ketika berbagi CPU tersedia
Prosessor homogen didalam suatu multiprosessor
Berbagi beban ( load sharing )
Asymmetric multiprosessing- hanya satu prosesor yang mengaks es struktur sistem data,sehingga mengurangi kebutuhan akan data shering

G. REAL TIME SCHEDULING
Deskripsi fasilitas penjadwalan yang di butuhkan untuk mendukung real time computing dengan bantuan sistem komputer.terdapat dua Real Time computing.
1. Sistem Hard real time: Diperlukan untuk menyudahi suatu tugas penting dalam sejumlah waktu,secara umum , sebuah proses dikirim dengan sebuah pernyataan jumlah waktu yg dibutuhkan untuk menyelesaikan atau menjalankan I/O.
2. Soft real-time computing: Memerlukan proses penting yg menerima prioritas lebih sedikit dari sebelumnya walaupun menambah fungsi soft real-time kesistem time sharing mungkin akan mengakibatkan pembagian sumber yg tidak adil dan mengakibatkan delai yg lebih lama,atau mungkin pembatalan bagi proses tertentu , hasilnya adalah tujuan secara umum sistem yg bisa mendukung multimedia,graphic berkecepatan tinggi,dan variasi tugas yang tidak bisah di terimah di lingkungan yg tidak mendukung soft real time computing.
H. PENJADWALAN THREAD
Pada pembahasan theads,kita menenal threads untuk model proses,hal itu mengijinkan sebuah proses untuk mempunyai kontrol terhadap multiple threads.lebih lanjut bisah membedakan User Level dan karnel level therads.

 Java Thread dan Algoritmanya
Penjadwalan thread yang Runnable oleh java firtual machine dilakukan dengan konsep preemtive dan mempunyai prioritas tertinggi.dalam algoritma,kriteria-kriteria evaluasi di tentukan terlebih dahulu.seperti utilisdi gunakan dan asinya di lihat dari segi waktu tunggu dan throughput yang di sesuaikan dengan waktu turnaround-nya.
 Penjadwalan java tread
Java virtual machine menjadwalkan tread menggunakan preemtive,berdasarkan prioritas algoritma penjadwalan.
 Prioritas thread
Java firtual machine memilih thread yg runnable dengan prioritas tertinggi,semua thread java mempunyai prioritas dari 1 sampai 10.
I. EVALUASI ALGORITMA
Evaluasi Algoritma adalah bagaimana kita memilih sebuah algoritma penjadwalan CPU untuk sistem –sistem tertentu,yg menjadi pokok masalah adalah kriteria seperi apa yg digunakan untuk memilih sebuah algoritma.
.
Ketika kriteria pemilihan telah didefenisikan,maka kita dapat mengevaluasi beragam algoritma,terdapat sejumlah metode evaluasi untuk melakukan hal ini, diantaranya:
1. Pemodelan deterministik
Merupakan evaluasi analistik,evaluasi analistik menggunakan algoritma dan beban kerja sistem untuk menghasilkan satu rumus atau angka yg menunjukan kriteria suatu algoritma untuk beban kerja tertentu
2. Pemodelan antrian
Suatu sistem komputer dipandang sebagai suatu jaringan pelayan ( server ), masing-masing pelayan mempunyai satu antrian dari proses-proses yg menunggu layanan
3. Simulasi
Simulasi dapat memberikan evaluasi algoritma penjadwalan dengan lebih akurat, simulasi melibatkan pemograman model sistem komputer
4. Implementas
Simulasi hanya memberikan akurasi yg terbatas,satu-satunya cara yg paling tepad dalam mengevaluasi algoritma penjadwalan adalah mengimplementasikannya,menjalankanya pada sistem nyata dan melihatnya bekerja

 Analisa Algoritma Penjadwalan Proses
Untuk kasus ini CPU mengambil waktu rata-rata yg paling
Rendah untuk di prses,coba perhatikan tiga algoritma yg di pakai yaitu FCFS algoritma,SJF nonpremtive,dan Round Robin yg mana yg akan dipakai.
























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penjadwalan proses yaitu kumpulan kebijaksanaan dari mekanisme sistem operasi yang berkaitan dengan urutan kerja yang di lakukan oleh sistem komputer.

Pada sistem komputer terdapat beberapa bentuk penjadwalan : admission (pintu masuk kesistem ), memori, dan CPU scheduler

Penjadwalan CPU menyangkut penentuan proses-proses yang ada dalam ready queue yang di alokasikan pada CPU.

B. Saran
Adapun yang menjadi saran kami di dalam penulisan makalah ini,kami sangat mengharapkan agar dapat memberikan penjelasan mengenai penjadwalan proses,di era sekarang dalam upaya meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi yang di terapkan dalam dunia pebdidikan, setidaknya makalah ini dapat memberikan gambaran atau garis besar yang mengenai penjadwalan proses hingga dapat menjawab apa yang menjadi penghalang dalam peningkatan mutu pendidikan. Muda-mudahan makalah ini dapat memenuhi fungsinya serta bermanfaat bagi kita semua dalam aspek pendidikan. Tak lupa saran dan kritik yang bersifat membangun dari dosen pembimbing dan teman-teman yang sangat kami harapkan guna penyempurnaan makalh berikut nya.










DAFTAR PUSTAKA


Ariyus. Dony. 2006. Computer Security, Yogyakarta:Penerbit ANDI.
Ariyus. Dony. 2005. Kamus Hacker. Yogyakarta: penerbit ANDI.
Ariyus. Dony. 2008 Ppengantar Ilmu Kriptografi Teori, Analisis, Dan Implementasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Bach, Maurice J. 1986. Design of UNIX Operating System. US: Prentice Hall.
Bob DuCharme. 2001. The Operating System Handbook or. Fake Your Way Through Minis and Mainframes. Singapure: McGraw- Hill Book Co.
Bill Venners. 1998. Inside the Java Virtual Machine, Singapure:McGraw-Hill Book Co.
Deitel, Harvey M. 2004. Operating System. 3th Edition Massachusetts: Addison- Wesley Publshing Company.
Gary B. Shelly. 2007. Discovering Computers: Fundamentals. USA: Thomsons & Thomson.
Gollman, Dieter. 1999. Computer Security, Canada: John willey & son Inc.
Ghrossans, D. 1986, File System: Design and Implementation. New Jersey: Prentice-hall Inc.
Harvey M. Deitel & Paul J. Deitel. 2005. Java How To Program, Sixth Editionn New Jersey: Pretince Hall.

BIAYA OVERHEAD PABRIK DEPARTEMENISASI

BAB 6
BIAYA OVERHEAD PABRIK DEPARTEMENISASI
1.1 Tujuan Departemenisasi Biaya Overhead Pabrik

Adapun tujuan utama departemenisasi biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:
1. Untuk pembebanan biaya overhead pabrik dengan adil dan teliti.
2. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik.
3. Untuk pembuatan keputusan oleh manajemen.
Agar supaya ketiga tujuan tersebut diatas dapat di capai, dalam depertemenisasi diperlukan syarat atau kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Ketepatan dalam menentukan jumlah departemen produksi maupun pembantu.departemen yang dibentuk terlalu sedikit dapat mengakibatkan pembebanan yang kurang adil dan teliti,dari segi pengendalian menjadi kurang teliti pula.departemen yang terlalu banyak akan menaikkan jumlah biaya dan waktu yang dikorbankan yang mungkintidak sesuai dengan manfaatnya.
2. Pembagian departemen hendaknya selaras dengan dengan pembagian struktur organisasi di dalam pabrik.
3. Dapat dipilih dasar distribusi,alokasi,maupunpembebanan yang tepaat.
4. Penetuan dasar kapasitas dan besarnya kapasitas dengan tepat yang sesuai pula dengan variabilitas biaya overhed pabrik.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menentukan atau memilih departemen- departemen didalam pabrik adalah sebagai berikut :
1. Pembagian tanggungjawab atas pengolahan produk dan jasa yang di hasilkan di dalam pabrik, serta atas biaya yang terjadi.
2. Sifat operasional dari setiap tahapan pengolahan produk dihubungkan dengan gerakan-gerakan yang dilalui produk di dalam pabrik.
3. Lokasi dari operasi, proses pengolahan, dan mesin.
4. Jumlah departemen atau pusat biaya yang tepat.
5. Penyesuaian mesin, proses, atau operasi di dalam setiap departemen atau pusat biaya.

1.2 langkah-langkah penentuan dan penggunaan depertemeenisasi tarip biaya overhead pabrik.

langkah-langkah penentuan dan penggunaan depertemeenisasi tarip biaya overhead pabrik secara garis besar sama dengan langkah-langkah pada satu tarip untuk seluruh pabrik.perbedaannya terletak pada tahap-tahap yang harus diadakan untuk memenuhi setiap langkah tersebut. Jadi langkah – langkah yang dilakukan dalam penentuan dan penggunaan departemenisasi tarip biaya oberhead pabrik adalah sebagai berikut :
a. penentuan besarnya tarip biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.
b. Pembebanan biaya over head pabrik pada produksi atau pesanan pada setiap departemen produksi.
c. Pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya.
d. Perhitungan, analisa, dan perlakuan selisih biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.
Berikut ini dibahas langkah-langkah tersebut di atas dengan lebih mendalam.
a. Penentuan tarip biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.
Dalam penentuan tarip biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi tahap – tahap yang harus dilakukan sebagai berikut :
a. Menyusun budget atau anggaran setiap elemen biaya overhead pabrik yang dikolompokkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
b. Mengandakan penelitian pabrik ( faactory survey ) pada awal periode yang akan digunakan untuk distribusi dan alokasi biaya overhead pabrik , serta perhitungan tarip biaya overhead pabrik.
c. Distribusi setiap elemen biaya overhead pabrik yang dibudgetkan kepada setiap departemen didalam pabrik,baik departemen produksi maupun departemen pembantu.
d. Alokasi biaya overhead pabrik yang dibudgetkan dari departemen pembantu tertentu ke dapartemen produksi dan departemen pembantu lainnya.
e. Perhitungan tarip biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.
Berikut ini akan di bahas tahap-tahap trsebut departemen di atas dengan lebih mendalam.
a. Menyusun budget atau anggaran setiap elemen biaya overhead pabrik.
b. Penelitian pabrik awal periode
c. Distribusi elemen biaya overhead pabrik
d. Alokasi budget biaya overhead pabrik departemaen pembantu ke departemen produksi.


Metode Alokasi Langsung
Dalam metode alokasi langsung biaya overhead pabrik departemen pembantu tertentu langsung dialokasikan ke dalam departemen produksi tanpa melalui departemen pembantu lainnya.meskipun departemen pembantu yang biayanya dialokasikan.
Kebaikan metode ini adalah : (1)sederhana dan muda dilaksanakan, (2) tepat dipakai pada perusahan perusahan di mana jasa departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja, (3) dari segi pengendalian biaya melalui akutansi pertanggungjawaban, kepada departemen pembantu hanya bertanggung- jawab atas biaya yang terjadi dan dapat dikendalikan di departemen saja.
Kelemhan metode ini dalah : (1) tidak dapat menggambarkan aliran biiaya sesuai dengan jasa yang dinikmati oleh setiap departemen , (2) harga pokok jasa yang di alokasikan terlalu renda karena tidak memperhitunggkan harga pokok dari departemen pembantu lainnya.
Metode Alokasi Bertahap Tidak Bertimbal Balik
Metode ini sering disebut metode alokasi tidak langsung yang tidak bertimbal balik (indirect allocaton method,non reciprocal ), atau metode alokasi bertahap yang urutan alokasinya diatur.
Dalam metode alokasi bertahap tidak bertimbal bbalik digunakan ketentuan- ketentuan sebagai berikut:
1. Biaya overhead pabrik depertemen pembantu di samping dialokasikan kepad adepartemen produksi, juga dialokasikan pula kepada departemen pembantu lainya yang dinikmati jasa dari departemen pembantu dialokasikan tersebut.
2. Harus ditentukan urutan atau tahapan alokasi biaya departemen pembantu.
3. Ddalam metode ini dipakai anggapan bahwa suatu departemen pembantu yang biayanya sudah habis di alokasikan tidak lagi memperoleh alokasi biaya dari pembantu lainnya, meskipun departemen pembantu tersebut juga menikmati jasa dari departemen pembantu lain yang biayanya dialokasikan.
4. Dalam menyusun tabel alokasi biaya departemen pembantu, di mana departemen produksi diletakkan pada sebelah kiri dan departemen pembantu diletakan pada sebelah kanan, departemen pembantu yang dialokasikan pertama diletakkan pada kolom yang paling kanan demikian seterusnya urutan kedua di kirinya.
Metode Alokasi Kontinyu
Dalam metode alokasi kontinyu merupakan metode alokasi terus menerus dngan cara menutup dan membuka kembali rekening biaya departemen pembantu. Untuk tujuan tersebut harus ditentukan urutan alokasi dari biaya departemen pembantu yang dapat di dasarkan atas besarnya biaya sebelum alokasi.
Pada metode alokasi kontinyu biaya departemen pembantu dialokasikan berurutan dan dilakukan terus menerus secara timbal balik saampai jumlah biaya departemen pembantu habis atau jumlahnya menjadi relatif kecil, departemen pembantu yang biayanya suda habis dialokasikan akan memperoleh alokasi kembali dari departemen pembantu lainnya, sehingga sering disebut metode alokasi menutup dan membuka kembali.
Kebaikan metode alokasi kontinyu adalah sebagai berikut :
 Mencerminkan alokasi jasa antar departemen pembantu secara penuh atau timbal balik.
 Lebih teliti dan adil dibandingkan dengan metode alokasi langsung maupun metode alokasi bertahap yang tidak bertimbal balik.
Kelemahan metode alokasi kontinyu yaitu :
Perhitungan yang lebih rumit dibandingkan metode alokasi langsung dan metode alokasi bertahap tidak bertimbal-balik, lebih-lebih pada perusahan yang memiliki banyak departemen pembantu dan biaya overhead pabriknya cukup besar.
Metode Alokasi Aljabar
Metode alokasi aljabar,seperti halnya metode alokasi kontinyu,merupakan metode alokasi bertimbal-balik.jumlah biaya departemen pembantu yang dialokasikan adalah departemen pembantu yang bersangkutan setelah menerima alokasi biaya dari departemen pembantu lainya yang diperhitungkan secara timbal balik, untuk menentukan jumlah biaya tersebut digunakan persamaan aljabar. Dalam metode ini tidak perlu ditentukan urutan alokasinya.
Hasil alokasi dari metode aljabar apabila tidak ada pengaruh dari selisih pembulatan akan sama dengan metode alokasi kontinyu,apabila ada selisih pembulatan hasil alokasinya akan mendekati metode aloaksi kontinyu diganti dengan persamaan aljabar.
Kebaikan dari metode aljabar adalah sebagai berikut :
 Mencerminkan alokasi jasa antar departemen pembantu secara penuh atau timbal balik.
 Lebih teliti dan adil dibandingkan metode alokasi langsung maupun metode alokasi bertahap tidak bertimbal-balik.
 Dapat menghindar tahapan putaran-putaran metode alokasi kontinyu, jadi waktu dan biaya alokasi kontinyu, jadi waktu dan biaya alokasi dapat ditekan.
Kelemahan metode alokasi aljabar yaitu :
pada perusahaan yang memiliki banyak departemen pembantu,misalnya lebih dari 3 departemen, seringkali ada persamaan tersamar dalam metode aljabar yang tidak dapat di pecahkan atau diselesaikan. Untuk menyelesaikan masalah ini dapat digunakan metode alokasi matrik aljabaryang akan diuraikan secara ringkas pada pembahasan berikutnya.
Metode Alokasi Matrik Aljabar
Metode alokasi matrik aljabar hanya tepat digunakan oleh perusahan yang memiliki dua atau tiga departemen pembantu yang sifatnya menikmati jasa secara timbal-balik praktis menggunakan metode alokasi kontinyu atau metode alokasi aljabar, karena metode matrik memerlukan perhitungkan yang lama dan cukup rumit.
Matrik yang dipakai dalam alokasi biaya overhead pabrik adalah matrik pembalikan (matrix invesion ) dan diperlukan persamaan simultan berganda yang banyak,persamaan simultan bergannda tersebut dapat menggunakan jasa komputer untuk menyelesaikannya.

Perhitungkan Tarip Biaya Overhead Pabrik
Dari langkah alokasi budget biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi akhirnya diketahui besarnya budget biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.lngkah berikutnya adalah menghitung tafip biaya overhead pabrik pada departemenisasi dengan ketentuan sebagai berikut :
 Untuk tujuan pembebanan biaya aoverhead pabrik kepada produk,tarip biaya overhead pabrik dihitung untuk setiap departemen produksi dimana produk diolah.
 Dipilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik yang paling tepat untuk setiap departemen produksi, dasar tersebut dipakai untuk menghitung tarip biaya overhead pabrik.
 Untuk tujuan pengendalian biaya overhead pabrik setiap departemen produksi, tarip dipisahkan ke dalam tarip tetap dan tarip variabel.oleh karena itu budgetbiya overhead pabrik departemen produksi harus di pisahkan ke dalam elemen biaya tetap dan elemen biaya variabel.
 Bagi departemen produksi, semua biaya yang di terima dari alokasi biaya departemen pembantu dapat diperlukan sebagai elemen biaya variabel.perlakuan ini akan di terapkan dalam pembahasan dibuku ini untuk mengghitung tarip biaya overhead pabrik departemen produksi.

BIAYA OVERHEAD PABRIK TARIP TUNGGAL

BIAYA OVERHEAD PABRIK TARIP TUNGGAL

1.1 Penggolongan Biaya Overhead Pabrik atas Dasar Tingkah Laku Biaya
Agar supaya tarip biaya overhead pabrik dapat digunakan untuk perencanaan pengambilan keputusan dan pengendalian biaya overhead pabrik maka tarip tersebut harus dipisahkan kedalam tarip tetap dan tarip variabel oleh karena itu budget biaya overhead pabrik yang dipakai pabrik dasar perhitungan tarip harus dikelompokkan atas dasar tingkah laku perubahannya terhadap volume atau aktifitas sebagai berikut :
1. Biaya tetap
a. Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktifitas sampai dengan tingkatan tertentu
b. Pada biaya tetap, biaya satuan akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, kegiatan semakin tinggi biaya satuan
2. Biaya variabel
a. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin besar pula jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin renda pula jumlah total biaya variabel
b. Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan
3. Biaya semi variabel
a. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah total biaya, semakin rendahvolume kegiatan semakin rendah pula jumlah total biaya
b. Pada biaya semi variabel, biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tapi sifatnya tidak sebanding, sampai dengan tingkatan kegiatan tertentu, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah semakin tinggi biaya satuan


1.2 Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan tarip biaya overhead pabrik
Agar tarip biaya overhead pabrik dapat dipakai sebagai dasar pembebanan yang adil dan teliti serta untuk kepentingan lainnya dalam menentukan tarip harus dipertimbangkan faktor-faktor
1. Dasar yang dipakai untuk membebankan
dalam memilih dasar pembebanan yang akan dibebankan yang akan dipakai tujuan utamanya untuk membebankan biaya overhead dengan adil dan teliti untuk itu harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
a. Penyebab fluktuasi pembebanan biaya overhead pabrik
b. Kebebasan dari dasar yang dipakai
c. Memadai untuk pengendalian biaya
d. Mudah dan praktis untuk dipakai

Berikut ini akan dibahas beberapa dasar pembebanan yang lazim dipakai
a. Satuan produksi
Kebaikan dasar satuan produksi yaitu :
1. Sederhana dan mudah dipakai
2. Cocok untuk perusahaan yang menghasilkan satu macam produk
3. Membebankan biaya overhead pabrik secara langsung kepada produk
Kelemahan dasar satuan produksi ialah
1. Apabila setiap satuan produk tidak menikmati kapasitas pabrik yang sama dasar ini sifatnya tidak adil
2. Apabila perusahaan menghasilkan beberapa maca m produk metode satuan produksi harus dimodifikasi dengan dasar tertimbang atau dasar nilai
b. Biaya bahan baku
Kebaikan dasar biaya bahan baku ialah
1. Mudah dipakai dan praktis
2. Sesuai untuk digunakan apabila ada korelasi yang erat antara elemen biaya overhead pabrik dengan biaya bahan baku.
Kelemahan dasar biaya bahan baku ialah
1. Pemakainya terbatas karena biaya overhead pabrik tidak selalu berhubungan erat dengan biaya bahan baku
2. Mutu bahan baku yang dipakai tidk selalu sama produk tertentu yang menggunakan bahan baku mutu tinggi mengakibatkan biaya bahan baku sehingga dibebani biaya overhead pabrik lebih tinggi, padahal bahan baku yang lebih tinggi mutunya dapat diproses dalam waktu relatif cepat atau menggunakan fasilitas pabrik relatif sedikit
c. Dasar biaya tenaga kerja langsung
Kebaikan dasar tenaga biaya langsung ialah
1. Mudah dipaki dan praktis
2. Sesua untuk digunakan pada perusahaan dimana biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat dengan biaya tenaga kerja langsung
Kelemahan biaya tenaga kerja langsung
1. Apabila biaya overhead pabrik tidak mempunyai hubungan yang erat dengan biaya tenaga kerja langsung m isalnya elemen biaya overhead pabrik yang besar adalah reparasi dan pemeliharan mesi tidak berhubungan erat dengan biaya tenaga kerja langsung
2. Tidak dapat dignakan dengan adil apabila tarip tenaga kerja selalu berubah dar waktu ke waktu
d. Dasar jam mesin
Kebaikan dasar jam mesin ialah
Dasar ini dapat membebankan biaya dengan adil apabila sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat dengan pengguna mesin
Kelemahan dasar jam mesin ialah
1. Tidak dapat membebankan biaya dengan adil apabila sebagian besar elemen biaya overhead pabrik tidak berhubungan erat dengan penggunaan mesin
2. Dasar ini sering tidak praktis dipakai diperlukan tambahan biaya untuk memperoleh data jam mesin
3. Pemakaian dasr ini terbatas pada pabrik atau departemen didalam pabrik yang menggunakan mesin
e. Dasar rata-rata bergerak
Kebaikan dasar ini cocok untuk dipakai pada perusahaan yang produksinya bersifat musiman, dengan jalan hanya memperhitungkan biaya overhead pabrik selama satu tahun dibagi dengan jumlah bulan dimana produksi berproduksi saja
Kelemahan rata-rata bergerak yaitu
1. Metode ini tidak praktis setiap awal bulan harus dihitung tarip biaya overhead pabrik
2. Tarip hendaknya ditetapkan atas dasar proyeksi biaya dan kapasitas pada periode dimana tarip akan digunakan
3. Besarnya tarip biaya overhead pabrik selalu berubah setiap bulan sehingga sulit diperbandingkan dan dilakukan pengawasan

1.3 Langkah- Langkah Penentuan dan Penggunaan Satu Tarip untuk Seluruh Pabrik
Langkah-langkah penentuan dan penggunaan satu tarip biaya overhead pabrik untuk seluruh pabrik adalah
1. Penentuan besarnya tarip biaya overhead pabrik
2. Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atau pesanan
3. Pengumpulan biaya overhead abrik yang sesungguhnya
4. Perhitungan analisa dan erlakuan selisih biaya overhead pabrik

Dalam penentuan tarip biaya overhead pabrik meliputi langkah-langkah sebagai berikut
a. Penentuan budget biaya overhead pabrik
Pada awl periode disusun budget untuk setiap elemen biaya overhead pabrik yang digolongkan kedalam biaya etap dan variabel
b. Penentuan dasar pembebanan dan tingkat kapasitas
Setelah budget biaya overhead ditentukan langkah selanjutnya adalah memilih dasar pembebanan biaya dan tingkatan kapasitas, pada umumnya dasar yang dipakai untuk menentukan kapasitas adalah kapasitas normal sedangkan beberapa dasar pembebanan yang dapat dipakai dipilih dari beberapa dasar yang welah diuraikan dimuka
c. Perhitungan tarip biaya overhead pabrik
Tarip biaya overhead dihitung dari budget biaya overhead pabrik dibagi dengan dasar pembebanan pada tingkat kapasitas yang dipakai, untuk pengendalian biaya overhead pabrik tarip dihitung baik tarip total, maupun tarip tetap d an variabel untuk mengendalikan setiap elemen biaya maka tarip biaya overhead pabrik dalam diperinci untuk setiap elemen biaya

1.3 Perubahan Terhadap Tarip Biaya Overhead Pabrik
Tarip biaya overhead pabrik dapat diadakan perubahan apabila dasar anggapan yang dipakai untuk menentukan tarip telah berubah, msalnya karena kebijaksanaan pemerintah dibidang ekonomi atau perubahan besar tingkat harga karena pengaruh ekonomi atau nasional yang tidak diperkirakan sebelumnya, sehingga berakibat tarip biaya overhead pabrik semula dihitung menjadi sangat tidak teliti dan tidak adil dalam membebankan biaya dan tidak dapat dipakai untuk pengendalian biaya
Perlu diketahui bahwa biaya overhead pabrik yang jumlahnya besar belum tentu menunjukan penentuan tarip yang keliru, mungkin saja hal ini disebabkan faktor efisensi sehingga tarip tidak perlu diubah

Hubungan Berbagai Macam Produk Yang Dihasilakan

BAB IV
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah akuntansi yang dihadapi oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk adalah bagaimana membebankan biaya produksi dengan cara yang akseptabel atau adil sehingga setiap laporan dapat disajikan dengan wajar.
Oleh karena itu, dalam pembahsan ini akan memperkenalkan kita pada Metode Harga Pokok Proses Perusahaan Menghasilkan Beberapa Macam produk dan membahas hubungan antara berbagai macam produk.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimana hubungan berbagai macam produk yang dihasikan?
2. Bagaimana akuntansi produk, baik produk common, produk sampingan, produk ko, maupun produk utama?
3. Masalah apa yang dihadapi manajemen yang berhubungan dengan produk sampingan dan produk utama?

C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Ingin mengetahui Bagaimana hubungan berbagai macam produk yang dihasikan?
2. Ingin mengetahui Bagaimana akuntansi produk, baik produk common, produk sampingan, produk ko, maupun produk utama?
3. Ingin mengetahui Masalah apa yang dihadapi manajemen yang berhubungan dengan produk sampingan dan produk utama?



BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Berbagai Macam Produk Yang Dihasilakan
Hubungan antara produk yang satu dengan produk yang lain dalam perusahaan yang menghasilkan beberapa macam poduk, dapat digolongkan ke dalam :
1. Produk common (common product)
Produk common (common product) adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama – sama dengan menggunakan fasilitas yang sama akan tetapi asal dari bahan baku dan tenaga kerja langsung yang dapat diikuti jejaknya pada setiap macam produk.
2. Produk ko (coproduct)
Produk ko (coproduct) adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama – sama dalam waktu yang sama, tetapi tidak dari proses pengolahan yang sama atau tidak dari bahan baku yang sama.
3. Produk bersama (joint product)
Produk bersama (joint product) adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama – sama atau serempak dengan meggunakan satu macam atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama dan masukan (input) tersebut tidak dapat diikuti jejaknya pada setiap macam produk tertentu.
4. Produk utama dan produk sampingan (main product dan by product)
Produk utama adalah produk dihasilkan yang merupakan tujuan pokok operasi perusahaan dan umumnya kuantitas dan nilainya relative lebih besar. Sedangkan produk sampingan adalah produk yang bukan tujuan utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan produk disebabkan sifat bahan yag diolah atau karena sifat pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk.



Ciri – ciri atau karakteristik produk bersama, produk ko, dan produk sampingan adalah sebagai berikut :
 Produk utama yang dihasilkan oleh produk bersama dan produk ko merupakan tujuan utama pengolahan produk, sedangkan produk sampingan yang dihasilkan bukan merupakan tujuan utama pengolahan produk tetapi tidak dapat dihindari karena sifat bahan atau sifat proses pengolahan produk.
 Harga jual produk utama baik yang dihasilkan dari pengolahan produk bersama dan produk ko relatif tinggi apabila dibandingkan dengan harga jual produk sampingan yang dihasilkan.
 Dalam pengolahan produk bersama tidak dapat dihindari untuk tidak menghasilkan produk tertentu. Sedangkan dalam produk ko apabila diinginkan dapat untuk tidak menghasilkan jenis produk tertentu.
 Dalam pengolahan produk bersama manajemen tidak dapat mengendalikan jumlah atau kuantitas relatif dari setiap macam produk yang dihasilkan. Sedangkan pada produk ko jumlah relatif dari setiap macam produk dapat dikendalikan oleh manajemen.

B. Akuntansi Produk
1. Akuntansi Produk Common
Perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk dan sifatnya produk common, dalam menentukan harga pokok setiap macam produk timbul masalah alokasi biaya overhead pabrik pada setiap macam produk. Untuk itu harus dipilih dasar alokasi yang sifatnya adil dan praktis untuk dipakai, misalnya atas dasar lamanya waktu pengerjaan, perbandingan berat produk atau dasar penimbang yang lainnya.
Untuk elemen biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung tidak menimbulka masalah pembebanan karena dapat diidentifikasikan pada macam produk tertentu.

2. Akuntansi Produk Sampingan
Produk sampingan yang dihasilkan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :
 Produk sampingan yang siap dijual setelah dipisah dari produk utama tanpa perlu diproses lebih lanjut.
 Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan setelah dipisah dari produk utama agar siap dijual.
 Produk sampingan yang siap dijual setelah dipisah dari produk utama dan dapat pula diproses lebih lanjut agar dapat dijual dengan nilai lebih tinggi.

Beberapa metode yang digunakan dalam akuntansi produk sampingan, yaitu :
 Produk sampingan tidak memperoleh alokasi biaya produksi dari pengolahan produk sebelum dipisah. Masalah akuntansi yang timbul adalah bagaimana memerlukan hasil penjualan produk sampingan. Metode ini disebut metode tanpa harga pokok.
 Produk sampingan memperoleh alokasi biaya produksi dari pengolahan produk sebelum dipisah. Metode ini disebut metode dengan harga pokok.
Metode Tanpa Harga Pokok
metode tanpa harga pokok.dapat digunakan beberapa metode sebagai berikut :
1. Produk sampingan langsung dapat dijual setelah dipisah
a. Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha (penghasilan lain – lain).
Dalam metode ini apabila nilai jual produk sampingan relatif kecil tidak perlu dilakukan pencatatan persediaan produk sampingan, hasil penjualan bersih produk sampingan diperlakukan sebagai diluar usaha, dengan jurnal :
Piutang dagan (kas) Rp. Xx
Penghasilan diluar usaha – penjualan produk sampingan Rp. xx
Kebaikan metode ini adalah sederhana dan mudah digunakan sedangkan kelemahannya adalah tidak menyelenggarakan akuntansi persediaan sehingga pengawasan persediaan produk sampingan sulit dilakukan. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dapat diselenggarakan akuntansi terhadap persediaan yang dicatat sebesar taksiran nilai pasar atau harga jual produk sampingan, pada saat produk sampingan dapat dipisahkan dicatat.
Persediaan produk sampingan Rp. Xx
Penghasilan diluar usaha-produk sampingan Rp. Xx
Apabila produk sampingan dijual maka persediaan produk sampingan dikredit sebesar taksiran harga jual, selisih taksiran harga jual dengan realisasi dapat menambah atau mengurangi rekening penghasilan di luar usaha, jurnal pencatatan sebagai berikut :
Kas (piutang dagang) Rp. Xx
Persediaan produk sampingan Rp. Xx

b. Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah penghasilan penjualan produk utama
Pada metode ini hasil penjualan produk sampingan tidak dipelakukan sebagai penghasilan diluar usaha karena produk tersebut dihasilkan dari operasi perusahaan, akan tetapi penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah penjualan produk utama. Metode ini menyajikan laba bersih yang sama besarnya dengan perlakuan penjualan produk sampingan sebagai penghasilan diluar usaha.

c. Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengukuran harga pokok penjualan
Metode ini mengakibatkan besarnya laba bersih tidak berbeda dengan kedua metode yang ada.

d. Hasil penjualan produk sampingan mengurangi biaya produksi produk utama.
Dalam metode ini penjualan produk sampingan akan mendebit rekening kas atau piutang dagang dan mengkredit rekening barang dalam proses. Penggunaan metode ini akan menghasilkan laba bersih yang berbeda apabila pada akhir periode sebagian produk utama belum terjual, Karena hasil penjualan produk sampingan mengurangi biaya produksi maka persediaan akhir produk utama nilainya lebih rendah dan laba bersih akan lebih rendah pula. Perbedaan laba tersebut dapat dinyatakan dengan rumus :
LA – LB = PA (HA – HB)
Dimana :
LA = laba bersih pada ketiga metode, misalnya hasil penjualan produk sampingan masuk
penghasilan diluar usaha
LB = laba bersih pada metode hasil penjualan produk sampingan mengurangi biaya produksi.
PA = jumlah kuantitas persediaan akhir produk utama
HA = harga pokok produk utama pada ketiga metode.
HB = harga pokok produk utama dengan metode hasil penjualan produk sampingan mengurangi
biaya produksi.


2. Produk sampingan memerlukan proses pengolahan lanjutan setelah dipisahkan dari produk utama.
Sebagai modifikasi dari metode pertama apabila produk sampingan memerlukan proses pengolahan lebih lanjut maka penjualan bersih produk sampingan dapat diperlakukan seperti metode pertama.

3. Metode harga pokok pengganti
Dalam metode ini persediaan bahan atau bahan bakar yang berupa produk sampingan didebit sebesar harga pasar atau harga pokok pengganti apabila produk sampingan tersebut dibeli dari luar atau dari pasar dan harga pokok utama dikredit sebesar jumlah tersebut.

Metode Dengan Harga Pokok
Pada metode ini, produk sampingan memperoleh alokasi biaya produksi sebelum dipisah dengan produk utama. Salah satu metode dengan harga pokok adalah :
Metode nilai pasar atau perputaran
Pada metode ini produk sampingan memperoleh alokasi biaya produksi sebelum dipisah dengan produk utama sebesar taksiran harga jual semua produk sampingan dikurangi dengan taksiran laba kotor produk sampingan, taksiran biaya produksi produk sampingan setelah dipisah dengan produk utama dan taksiran biaya komersial dari produk sampingan. Secara matematis alokasi biaya bersama atau biaya produksi sebelum dipisah adalah :
ABS = TPS – (TLKS + TBPmS + TBAS + TBPS
Dimana :
ABS = alokasi biaya bersama kepada produk sampingan
TPS = taksiran nilai penjualan produk sampingan
TLKS = taksiran laba kotor produk sampingan
TBPmS = taksiran biaya pemasaran produk sampingan
TBAS = taksiran biaya administrasi produk sampingan
TBPS = taksiran biaya produksi produk sampingan setelah dipisah

Sedangkan harga pokok produk sampingan adalah :
HPS = ABS + BPSS
Dimana :
HPS = harga pokok produk sampingan
ABS = alokasi biaya bersama kepada produk sampingan
BPSS = biaya produksi sesungguhnya produk sampingan setelah dipisah
Alokasi biaya bersama kepada produk utama ;
ABU = B + ABS
Dimana :
ABU = alokasi biaya bersama kepada produk utama
B = biaya bersama
ABS = alokasi biaya bersama kepada produk sampingan
Sedangkan harga pokok produk utama adalah :
HPU = ABU + BPSU
Dimana :
HPU = harga pokok produk utama
ABU = alokasi biaya bersama kepada produk utama
BPSU = biaya produksi sesungguhnya produk utama setelah dipisah

3. Akuntansi Produk Ko
Masalah akuntansi yang timbul dari produk ko adalah mengalokasikan biaya produksi kepada berbagai produk yang dihasilkan khususnya untuk elemen biaya yang tidak dapat diidentifikasikan kepada produk tertentu.
Untuk pabrik penggergajian kayu misalnya, dimana bahan baku setiap jenis prod biauk berbeda dan dikerjakan oleh proses produksi yang berbeda, hanya timbul masalah alokasi biaya overhead pabrik seperti halnya pada produk common.
Berbeda dengan produk ko pada tambang tembaga yang juga menghasilkan emas dan perak, semua elemen biaya produksi tambang tidak dapat diidentifikasikan pada setiap jenis produk yang dihasilkan, sehingga perlu metode alokasi untuk seluruh elemen biaya produksi tambang.

4. Akuntansi Produk Utama Dari Produk Bersama
Masalah akuntansi produk utama adalah bagaimana mengalokasikan biaya bersama produk utama kepada setiap macam produk utama yang dihasilkan. Metode alokasi biaya bersama pada produk utama yang dapat dipakai meliputi :
1. Metode biaya rata – rata satuan
Dalam metode ini alokasi total biaya bersama dari produk utama dialokasikan kepada berbagai macam produk yang dihasilkan berdasarkan biaya rata – rata setiap satuan yang dihitung sebesar jumlah biaya bersama dibagi dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan.
Metode biaya rata – rata satuan memiliki sifat :
 Merupakan metode yang paling mudah untuk dipakai mengalokasikan biaya bersama pada setiap produk utama.
 Merupakan metode yang kasar karena tidak memperhitungkan factor – factor lainnya misalny berat produk, volune atau ukuran produk, mudah atau sulitnya diolah dan sebagainya.
 Laba kotor yang dihasilkan oleh setiap macam produk tidak punya hubungan dengan kemampuan setiap macam produk dalam menghasilkan laba.

2. Metode rata – rata tertimbang
Yaitu dengan memberikan factor penimbang atau dasar nilai kepada setiap macam produk utama di dalam menikmati biaya bersama, dengan tujuan agar diperoleh alokasi yang lebih teliti dan adil.
Sifat metode rata – rata tertimbang adalah :
 Dapat membebankan biaya bersama dengan relative adil dan teliti apabila dalam memilih penimbang benar – benar mencerminkan perbandingan biaya yang dinikmati oleh setiap macam produk.
 Metode ini sulit dipakai Karena menentukan factor penimbang agar teliti dan adil, di mana kemungkinan dipertimbangkan berdasar kombinasi berbagai factor sulit diperhitungkan.
 Apabila factor penimbang sifatnya teliti dan adil, dapat menggambarkan kemampuan setiap macam produk dalam menghasilkan laba.

3. Metode satuan kuantitas
Dalam metode satuan kuantitas dapat dipakai oleh peusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk utama yang mempunyai satuan pengukur yang sama, dalam bentuk meter, liter, kilogram, ton, barrel, gallon dan sebagainya.
4. Metode harga pasar atau metode harga pasar hipotetis
Metode harga pasar
Metode harga pasar menggunakan dasar alasan bahwa harga pasar mencerminkan besarnya biaya yang diserap oleh setiap macam produk utama.
Metode ini memiliki sifat – sifat :
 Apabila harga jual mencerminkan biaya yang diserap oleh produk utama, metode ini tepat, mudah dan prakktis untuk dipakai.
 Metode ini mnghasilkan persentase laba kantor setiap macam produk yang besarnya sama.
 Biaya bersama umumnya tidak berhubungan langsung dengan harga jual.
 Harga jual swringkali diperbaharui oleh banyak factor tidak hanya biaya yang diserap saja, tetapi juga permintaan dan penawaran ( keadaan pasar ), keputusan pemerintah, persaingan dan sebaiknya jadi bersifat kompleks.
Metode harga pasar hipotetis
Metode harga pasar hipotetis dipakai apabila produk utama masih memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah dapat dipisah dengan produk utama lainnya. Untuk mengoleksikan biaya bersama pada produk utama digunakan dasar harga hipotetis, yaitu total harga pasar setelah produk diolah lebih lanjut dikurangi biaya pengolahan setelah dapat dipisah dengan produk utama yang lainnya.
Perhitungan harga pasar hipotetis dilakukan dengan prosedur kerja mundur (working – back prosedur ) dari total penjualan dikurangi biaya pengolahan setiap produk utama setiap dipisah, diketahui harga pasar hipotetis.





C. Produk Utama Pada Produk Bersama Dan Keputusan Manajemen
Keputusan manajemen yang seringkali harus diambil, berhubungan dengan produk utama pada produk bersama antara lain sebagai berikut :
1. Memilih metode alokasi biaya yang paling adil dan tepat untuk dipakai, agar dapat dsusun laporan keungan yaitu rugi-laba dan neraca yang layak.
2. Bagaimana memutuskan untuk mengolah lebih lanjut produk utama setelah dapat dipisah atau langsung menjualnya. Keputusan tersebut harus diambil apabila produk utama tertentu dapat dijual setelah dipisahkan dan dapat pula dijual setelah diolah lebih lanjut.
3. Apakah data biaya atau harga pokok setiap macam produk dapat dipakai sebagai pertimbangan penentuan harga jual.

















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan antara produk yang satu dengan produk yang lain dalam perusahaan yang menghasilkan beberapa macam poduk, dapat digolongkan ke dalam Produk common (common product), Produk ko (coproduct), Produk bersama (joint product) dan Produk utama dan produk sampingan (main product dan by product)

Lencana Facebook

sEbelum Ninggalin Blog ini...Tolong Berikan Komentarnya Sepatah 2 Kata,,,Trima Kasih
  1. HOME